KONSTRUKSI DAN IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU: Matematika dan Pendidikan Matematika

 FILSAFAT UMUM

    Filsafat merupakan olah berpikir manusia. Filsafat adalah kemampuan memikirkan sesuatu dengan menggunakan nalar (Endraswara, 2021).  Sebagian besar orang mengelakan bahwasanya dirinya berfilsafat.  Filsafat dimata umum merupakan sebuah teori tentang memikirkan sesuatu hal yang kompleks saja dan merupakan ilmu yang menyesatkan orang dalam mencari sebuah kebenaran menurut dirinya sendiri. Akan tetapi, filsafat sendiri merupakan sebuah cara berpikir sesorang dalam menggunakan akal dan pikiran mereka. Memikirkan hal sederhana saja dapat dikatakan bahwa seseorang itu berfilsafat.  Filsafat sendiri memiliki tiga ciri utama yaitu Universal ( menyeluruh), Radikal (mendasar), dan Sistematis (Lubis, 2015). Dalam filsafat umum sendiri mempunyai bagian-bagian yang mendasari filsafat didalamnya yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Pada bagian ini akan dibahas terkait ontologi, epistemologi, dan aksiologi pada filsafat umum.

          𑇐 Ontologi

Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti ada dan ”Logos” yang berarti ilmu dalam bahasa yunani.  Menurut istilah ontologi berarti ilmu hakekat yang menyeleidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan sebenarnya (Jalaluddin dan Idi, 1998). Ontologi dikemukakan Zainuddin (2013) merupakan  salah satu penyelidikan dalam kefilsafatan yang menjelaskan pertanyaan “apa”. Ontologi merupakan bagian dari metafisika (Bahrum, 2013). Sehingga diketahui ontologi mengkaji kehidupan yang ada dan ada seterusnya.

  Muliadi (2020) menemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran pada pemahaman ontologi sebagai berikut:

1.      Monoisme

Paham ini mengartikan bahwa kenyatan hanya satu saja, tidak ada kenyataan yang lain. Kenytaan harus berasal dari satu hakikat saja, baik asalnya berupa material ataupun rohani. Paham  monoisme  dapat dibagi menjadi dua yaitu  monoisme materialisme  dan  monoisme idealisme.

Monoisme materialisme  menyatakan bahwa kebenaran itu berupa materi, bukan rohani. Paham pemikiran ini dikaitkan dengan paham atomnisme  di mana  unsur-unsur itu bersifat tetap tidak dapat diubah. Pada pemikiran aliran monoisme materialisme  diawali kehidupan diawal dengan atom-atom yang banyak jumlahnya yang tak dapat dihitung yang menjadikan asal mula kehidupan alam. Perkembangan paham aliran monoisme materialisme  dikarenakan pikiran yang masih sederhana, penemuan-penemuan bergantung denga jiwa dan badan, dan manusia masi bergantung kepada padi yang dihasilkan alam.

Lain dengan Monoisme idealisme  yang menggantukan kepada spiritualisme yang berkaitan dengan ruh (jiwa).  Pada pemikiran  monoisme  idealisme  menganggap kenyataan itu sebnarnya berasal dari ruh yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Haikat benda pada liran ini merupakan ruhani dengan alasan bahwa ruhani lebih tinggi nilainya dari materi. Ruh dapat menempati ruang dan kebudayaan. Sehingga  monoisme idealisme  dapat disebut juga sebagai spiritualisme.

2.      Dualisme

Dualsme  menganut pemahaman bahwanya hakikat berasal dari materi dan rohani. Kedua paham itu dapat bebas dan berdiri sendiri sehinga hubungannya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Paham ini dapat dikatakan juga paham rasionalisme  dimana meletakan akal sebagai alat terpentin dalam memperoleh pengetahuan.

3.      Pluralisme

Pada paham ini mengatakan bahwa keyataan berasal dari macam bentuk yang ada. Paham ini menyataka bahwasanya alam ini tersusun dari banyak unsur. Paham pluralisme  menyatakn dikehidupan bahwasanya tidak ada kebenaran yang mutlak, yang ada kebenaran itu merupakan kebenaran khusus yang dapat beubah-ubah.

4.      Nihilisme

Nihilisme  menganggap kenyataan itu tidak ada. Pada pemhaman ini mentakan bahwa kenyataan itu tungal dan banyak, diterima dan tidak dapat diterima, dicipta dan tidak dapat dicipta. Karena sebuah kenyataan dapat diartikan berbeda beda, sehingga paham ini menyatakan bahwasanya tidak ada kenyataan di dunia ini.

5.      Agnotisme

Agnotisme  merupaka aliran filsafat di mana mengingkari bahwa hakekat itu materi dan rohani. Aliran ini mengingkari hakikat benda itu materi ataupun ruhani sehingga dapat dikatakan aliran ini juga aliran skeptisme.




          𑇐 Epistemologi

Epistimologi berasal dari bahasa Yunani ”Episteme” yaitu pengetahuan dan “Logos” yang berarti ilmu (Simon Blackburn dalam The Dictionary Philosophy dalam Pajriani, dkk, 2023). Epistimologi adalah ilmu yang mengkaji asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validasi pengetahuan yang bersifat evaluative, normative, dan kritis (Hardanti, 2020). Epistemologi meliputi tata cara dan sarana yang digunakan yaitu akal, pengalaman, bud intuisi  untuk mencapai pengetahuan (Zainuddin, 2013). Kajian epistemologi membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan dengan mempertanyakan “bagaimana” sebuah pengetahuan dan kenyataan terjadi (Pajriani, dkk, 2023). Sehingga dapat diketahui bahwasanya epistemologi mempertanyakan sebuah proses pengetahuan dan kenyatan itu terjadi.

Terdapat dua pertanyaan yang menjadi landasan pada epistemologi yaitu pertanyaan yang menyangkut dengan pengetahuan kita (ilmu jiwa) dan pertanyaan-pertayaan yang merupakan masalah sematik yang menyangkut hubungan pengetahuan kita dengan objek pengetahuan (Susanto,2019). Epistemologi merupakan filsafat yang membicarakan tentang tejadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kesahiahan pengetahuan (Muliadi, 2020). Epistemologi memiliki beberapa aliran-aliran. Aliran tersebut akanmencoba menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan terjadi. Aliran–aliran epistemologi sebagai berikut:

1.      Golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yang tediri dari aliran rasionalisme (aliran yang menngemukakan bahwa pengetahuan berasal dari pikiran, rasio dan jiwa), empirisme (pengetahuan berasal dari pengetahuan manusia itu sendiri yang ditangkap melalui panca indera), dan kritisme (berasal dari luar dan dari jiwa atau pikiran).

2.      Golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia inklusif yang terdiri dari aliran realisme (pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesuangguhnya) dan Idealisme ( pengetahuan hanyalah kejadian dalam jiwa manusia, dan kenyataan terletak diluarnya).

(Hifni, 2020)

                  𑇐 Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa yunani yaitu “Axios” yang berarti nilai dan “Logos” yang berarti pengetahuan. Sehingga dapat diketahui bahwasanay aksiologi berati pengetahuan terkait nilai.  Menurut Zamroni (2022) nilai pada aksiologi ialah pandangan, cita-cita, adat, kebiasaan, dana lain lain. Hakikat nilai merupakan kualitas yang memiliki ciri-ciri yang melekat dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta dan dihubungkan dengan kehidupan manusia (Soeprapto,2013). Aksiologis meliputi manfaat atau nilai kegunaan ilmu yang mengambarkan, menjelaskan, dan memprediksi berbagai yang cocok dengan objek studi (Natasya, 2022).

Nilai-nilai dari aksiologi dapat dijawab melalui tiga cara yaitu:

1.      Nilai sepenuhnya berhakekat subjektif, yang dipandang berdasarkan pengalaman-pengalaman manusia itu sendiri

2.      Nilai-nilai yang ditinjau dari segi ontologis yang dapat diketahui melalui akal

3.      Nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.

(Katsoff, 1987 dalam Zainuddin, 2013)

 

Haraki nilai-nilai dari aksiologi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1.      Nilai kenikmatan yang meliputi nilai-nilai yang menyebabkan sesorang senang dan mengenakan secara jasmani

2.      Nilai kehidupan yang meliputi nilai-nilai yang sangat penting untuk pribadi dalam berkehidupan di masyarakat

3.      Nilai spiritual yang merupakan nilai kejiwaan yang tidak bergantung kepada jasmani yang meliputi kebenaran, keindahan, dan kebahagiaan.

(Hardanti, 2020)


  FILSAFAT ILMU

 Setelah diketahui bagaimana ontologi, epistemologi, dan aksiologi filsafat umum yang merupakan pengantar selanjutnya akan dibahas pada bagian ini ontologi, epitemolgi, dan aksiologi dari filsafat ilmu.Ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan ide atau buah pikir yang disepakati menjadikan sebuah teori. Dalam menemukan sebuah ilmu pengetahuan tentunya ada proses berpikir dalam menjadikan sebuah ide menjadi pengetahuan. Ilmu pengetahuan  terbentuk dari ontologi, epistemologi dan aksiologi yang menjadikan sebuah ide itu sah menjadi pengetahuan (Syafnidawaty, 2020). Sehingga dapat diketahui bahwasanya filsafat ilmu memiliki ontologi, epistemologi dan aksiologi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan menjadikan sebuah ide menjadi pengetahuan. Pada bagian ini akan dibahas filsafat ilmu pada  matematika dan pendidikan matematika 

          𑇐 Ontologi  

Ontologis secara umum merupakan ilmu yang menanyakan sebuah pengetahuan itu ada kenyataan. Kaitannya dalam matematika bahwasanya ontologis ssebuah ilmu yang mencari kenyataan  dalam  matematika itu sebenarnya apa secara mengakar dan mendasar secara mendalam pada pembahasan pengetahuan matematika itu sendiri( Herlina dan Bella, 2022). Ontologi matematika merupakan segala aspek yang ada didalam ilmu matematika yang bersifat kongrit. Kongrit disini menjadikan matematika akan dibahas bagaimana kebenaran ilmu pengetahuan dalam matematika. Ontologi pada kajian matematika membahas terkait penyelidikan sifat dan entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan serta pandangan realisme yang empirik (Sadewo, dkk 2022). Pada matematika sendiri ontologi matematika merupakan segala sesuatu yang ada dalam matematika,  yaitu teorema, aksioma, dalil, dan rumus. Pembuktian terkait teorema merupakan contoh dari ontologis dalam matematika. Di mana pada pembuktian teorema akan diulik bagaimana sebuah teorema itu bisa dibuktikan kebenarannya. Sehingga dalam mencari kebenaran dan kenyataan sebuah teorema sendiri merupakan bentuk dari ontologis matematika dalam filsafat ilmu.

Ontologi pada pendidikan matematika merupakan aspek yang terkait dengan proses pembelajaran matematika yang bersifat ada dan nyata. Dalam proses pembelajaran ada beberapa hal yang dapat diketahui secara nyata. Salah satu contohnya yaitu media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Media pembelajaran matematika di kelas sifat nya kongrit atau ada dan dapat diketahui secara nyata. Di mana media pembelajaran matematika dapat berupa video pembelajaran, LKPD, buku teks,  alat peraga dan semacamnya. Media pembelajaran ini dapat digunakan utnuk membantu pembelajaran matematika. Media pembelajaran ini fisiknya ada dna penggunaan nya tampak. Sehingga dapat diketahui bahwasanya media pembelajaran matematika merupakan bentuk ontologi dalam pendidikan matematika

𑇐 Epistemologi

Dapat diketahui bahwasanya epistemlogi merupakan ilmu yang mengkaji sebuah penegtahuan. Epistimologi adalah ilmu yang mengkaji asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validasi pengetahuan yang bersifat evaluative, normative, dan kritis (Hardanti, 2020). Epistemologi kedudukan dari matematika merupakan menyoroti keberadaan pengetahuan matematika yang berkaitan dengan rasionalitasnya (Sadewo, dkk. 2022). Epistemologi matematika merupakan mengetahui kevaliditas dari sifat-siaft matematika yang kongkrit. Untuk mengetahui sesuatu teorema atau aksioma itu benar maka dibutuhkan pembuktian untuk melihat kebenaran dari teorema atau aksioma pada matematika. Sehingga pembuktian dari teorema merupakan salah satu bentuk epistemologi dalam matematika.

Epistemologi dari pendidikan matematika dapat diketahui bahwa keaslian dari sifat-sifat pendidikan matematika. Epistemologi pendiidkan matematika dapat diketahui dengan guru mampu mengimplementasikan dalam prose pembelajaran matematika. Sehingga dapat diketahui dengan proses bpembelajaran, guru apakah sudah mampu melihathasil yang didapati saat proses belajara mengajar. Apakah siswa yang diajari sudah paham dengan materi yang diajarkan atau masih terdapat kekurangan. Dengan mengetahui hasil dari pemahaman siswa, dapat dipandang secar epistemologi apakah guru tersebut mampu membawakan materi yang diajarkan atau butuh evaluasi dalam proses pembelajarannya. Bentuk inilah merupaka epistemologi dalam pendidikan matematika.

𑇐 Aksiologi

Aksiologi merupakan mengetahui kebermanfaatn atau nilai kegunaan dari suatu pengetahuan. Aksiologis meliputi manfaat atau nilai kegunaan ilmu yang mengambarkan, menjelaskan, dan memprediksi berbagai yang cocok dengan objek studi (Natasya, 2022). Akisologi bersifat subjektif, sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Sehingga kadar kebermanfaat suatu pengetahuan berbeda-beda dari satu manusia dengan manusia lainnya. Aksiologi dalam matematika sendiri juga bersifat subjektif. Di mana nilai kebermanfaatan dari matematika berbeda-beda pada setiap orangnya. Nilai kebermanfaatan ini dipengaruhi dengan pengalaman-pengalaman masing-masing individu yang dirasakan.

Begitu dengan aksiologi pada pendidikan matematika. Di mana pada proses pembelajaran matematika guru atau pun siswa dapat berbeda nilai dari kebermanfaatan materi yang diajarkan. Siswa dapat menilai materi spldv itu bermanfaat dikarenakan dekat dengan kehidupan siswa itu sendiri masing-masing. Siswa bisa juga menilai apakah materi peluang bermanfaat bagi dirinya atau tidak. Sehingga bentuk aksiologi pada pendidikan matematika itu setiap siswa berbeda-beda

MEMBANGUN FILSAFAT

   Setelah dibahas apa itu filsafat umum dan filsafat ilmu yang bagian-bagiannya terdiri dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi, sekarang pada bagian ini akan dibahas membangun filsafat itu sendiri. Filsafat dapat dibagun apabila individu sudah memahami ontologi, epitemologi dan aksiologi yang merupakan dasar dari pemikiran filsafat.  Pada bagian ini akan dibahas filsafat merupakan metafisika, kritik terhadap pemikiran, dan bagaimana pergulatan dalam meperebutkan kehidupan dan dunia yang merupakan proses dalam membangun filsafat.

          𑇐 Filsafat Metafisika

Dalam video kuliah yang diunggah pada akun Marsigit (2019), menjelaskan bagaimana kehidupan di dunia dengan filsafat. Hidup di dunia merupakan kehidupan yang  metafisik. Di mana metafisika ialah keberadaan yang ada, masih akan ada lagi seterusnya. Begitu sebaliknya, sebelum yang ada masih ada sebelumnya.  Awal kehidupan manusia dibagi dua yaitu fatal dan vital. Paham fatal merupakan paham yang menyerahkan segalanya ke Tuhan. Dalam hal ini menyerahkan segalanya sebagai bentuk takdir. Paham fatal bersifat idealisme, yang artinya menyakini adanya Tuhan sebagai ide yang tertinggi di alam semesta (causa prima). Paham fatal bersifat absolut. Keyakinan sejati pada paham fatal bersifat spiritual. Paham fatal mengandalkan pemikiran logisme, coherentisme, analitik, dan konsisten. Adanya aksioma dan teorema yang merupakan ketentuan (Hukum kuasa tuhan). Pada paham fatal menganggap bahwa kebenaran dapat diperoleh hanya melalui hasil pembuktian, logika, dan analisis terhadap fakta. Pengetahuan pada paham fatal bersifat identitas dan tautologis.

Pada paham vital hanya mengandalkan iktiar tanpa percaya adanya kekuatan doa, takdir, dan nasib. Paham vital bersifat realisme, di mana kenyataan yang ada di dunia beneran ada objek dan tidak menyakini Kuasa Tuhan. Kenyataan sejati pada paham vital ialah materialisme. Peham vital mengandalkan pemikiran hukum alam, presepsi, korespodensi beubah-ubah , dan sintetik. Paham vital menganut A posteriori, yaitu pengalaman. Paham vital menganggap bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman indera manusia (empirisme). Paham vital menganggap pengetahuan bersifat keterbaharuan dan kontradiksi. Paham vital bersifat pluralisme.

Paham fatal dan vital digabungkan oleh Immanuel Kant (1671) menganut paham dualisme. Menurut Immanuel Kant paham fatal dan vital memiliki kebenaran dan kesalahannya masig-masing. Pengetahuan menurut Immanuel Kant bersifat A Priori (paham fatal) dan sintetik (paham vital) agar dapat  berkembang. Setalh itu muncul paham yang dikemukakan oleh Aguste Comte yang mengeluarkan filsafat positivisme.  Dan saat ini dunia berada pada zama filsafat kontemporer.

𑇐 The Critique Of Pure Reason

Dalam buku yang dikemukakan Kant (2013) menjelaskan kritik dari pemikiran manusia. Pikiran manusia merupakan misteri. Dimana banyak pertanyaan pertanyaan yang muncul dari pemikiran manusia. Pemikiran itu muncul dikarenakan sifat manusia yang memilik rasa ingin tahu di dalam dirinya. Namun tidak semua pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pemikiran manusia dapat dijawab. Dikarenakan ada batasan-batasan yang tidak bisa dilewati oleh akal budi dan pikira manusia

Pemikiran manusia untuk mencari jawaban dari pemkirannya dipengaruhi oleh keterbatasan-keterbatasan. Seperti prinsip, pengalaman dan akal budi. Sehingga dalam penyelidikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan pada pemikiran manusia menjadi sebuah kebingungan. Hal ini dikarenakan akal manusia berusaha memahami konsep-konsep yang semakin abstrak dan terpencil namun menemui kesulitan ketika melebihi batas-batas pengalaman, sehingga ini mneyebabkan kebingungan dalam meemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terus muncul dipemikiran manusia.

            Perkembangan metafisika dalam filsafat di dunia memiliki sturktur-struktur yang kompleks. Dari awal metafisika di dunia memiliki tantangan yang dihadapi, pergeseran metode dan ideologi, serta statusnya yang beubah-ubah. Yang memberikan pandangan terhadap metafisika dalm pemikiran yg kompleks. Sehingga penting mengetahui perjalan metafisika filsafat  yang kompleks untuk memberikan pemikiran, ruang dan harapan untuk masa mendatang.

Ketidak pedulian terhadap filosofis merupakan kegiatan yang sia-sia. Dimana pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pemikiran manusia tidak dapat bisa dihindari. Sehingga kita tidak bisa benar-benar lepas dari sifat ketidakpedulian terhadap filosofis.

Perbedaan dalam pemikiran filosofis adalah hal yang wajar. Kita tidak dapat menyalahkan dan mengelakkan pertanyaan-pertanyaan yang dipikirkan. Hanya kita dengan menggunakan akal pikiran dapat memilah yang baik dan yang bukan menurut pemikiran kita sendiri. Karena kita memiliki keterbatasan dalam akal dan budi dalam tiap individu.

Keterbatasan, tujuan serta prinsip-prinsip pemikiran yang berbeda dari setiap individu sewajarnya kita dapat mengahrgai setiap pendapat yang ada. Dari pernyataan dan pemikiran yang berbeda, kita tidak perlu menyalahi pernyataan dan pendapat yang keluar. Kita tidak mampu membadndingkan batasan akal pikir kita untuk melewatinya. Sehingga kita perlu menghargai setiap pendapat yanga ada.

Ketelitian dan kelengkapan penting dalam pemikiran filosofis. Tujuan dari pemikiran filosofis ialah sifat pemikiran manusia. Karena sifat dan pemikiran manusia mengarahkan cara pandang kita dalam bernalar, berpikir dan melihat dunia. Sehingga tugas dari filosofis didorong oleh prinsip-prinsip dasar dan pemahaman dari pikiran manusia. Pentingnya penyelidikan dalam filosofis. Dimana penyelidikan akan memperjelas aspek subjektif dan objektif dari suatu pemikiran.

Tujuan dari pengajaran metafisika merupakan perkembanganya sama dengan pengetahuan yang mempirisi. Dimana metafisika merupakan konsep-konsep yang abstrak. Karena abstraknya metafisika yang merupakan akal murni, memiliki tantangan dalam menyepakati metode yang dgunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada.

Pengetahuan dalam perkembangannya memiliki batasan yaitu logika. Logika mememiliki tujuan tertentu. Di mana logika ini merupakan prinsip yang abstrak yang mengatur struktur valid. Di mana apakah logika terlepas dari apriori atau empiris dalam pemahamannya.

Logika dalam perkembangan pengetahuan dan pikiran, memiliki keterbatasan dalam memberikan pengetahuan tentang dunia. Logika seseorang dapat mengabstraksi objek pikiran tertentu. Namun keterbatasan logika hanya sebatas domain spesifiknya, tidak dapatmelaampauinya. Karena berkaitan dengan aturan-aturan berpikir dan tidak berhubugan langsung.

𑇐 Pergulatan Memperebutkan Kehidupan dan Dunia

Filsafat  merupakan olah dari buah pikir  individu dalam memikirkan jawaban atas pertanyaan yang muncul dari individu itu sendiri. Filsafat sendiri dapat menjadi jalan hidup dari manusia. Filsafat mengajak individu untuk berpikir secara mendalam atas hidup individu itu didunia. Filsafat dimulai dari pertanyaan yang muncul mengenai kehidupan seseorang, setelah itu seorang individu akan mencari jawaban atas pertanyaan yang dipikirkannya.

Orang yang berfilsafat akan berpikir secara sistematis dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul dipikiran. Orang yang berfilsafat tidak akan puas dalam kedangkalan pikiran dalam mencari jawaban atas pertanyaaan yang muncul. Orang yang berfilsafat akan mencari mendalam atas pertanyaan yang mereka pikirkan. Orang yang berfilsafat akan menghargai dan percaya setiap proses yang dijalanin dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang diutarakan.

Dunia dan kehidupan banyak permasalahan yang dapat memicu individu memunculkan pertanyaan yang dipikirannya. Banyak yang dapat digali dalam dunia dan kehidupan. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat muncul dari sosial, agama, etnis dan masih banyak lagi. Dalam berfilsafat tentu individu memiliki prinsip dan nilai-nilai yang dipegang. Tentu dengan berfilsafat seorang individu muncul rasa toleransi terhadap prinsip dan nilai-nilai yang berbeda dengan pemikiran individu itu sendiri. Jika seorang individu tidak dapat menghargai prinsip dan tidak memiliki rasa toleransi terhadap perbedaan cara pandang yang berbeda terhadap individu itu sendiri, maka dapat dikatakan individu itu memiliki kesalahan dalam pemikiran filsafat yang mereka pegang.

Kurangnya rasa toleransi dalam individu akan menimbulkan permasalahan yang akan mengakibatkan pergulatan. Pergulatan ini akan mengakibatkan perpecahan di dunia dan kehidupan. Kurangnya rasa toleransi terhadap perbedaan akan menjadi konflik. Seseorang yang kurang dari rasa toleransi sulit menerima perbedaan dari individu lainnya. Individu yang kurang toleransi ini akan menganggap prinsip dan pikiran ia selalu benar. Pendapat yang berbeda akan ditolak mentah-mentah.

Salah satu pergulatan dunia dan kehidupan yang sering terjadi di dunia dan kehidupan ialah dalam masalah agama. Dilansir dari berita BBC New Indonesia dengan judul artikelBom Makassar: Dua terduga pengebom suami istri 'pengantin baru', polisi temukan 'lima bom aktif' di Bekasi”, yang dapat dilihat pada link Bom Makassar: Dua terduga pengebom suami istri 'pengantin baru', polisi temukan 'lima bom aktif' di Bekasi - BBC News Indonesia, merupakan bentuk pergulatan di dunia dan kehidupan dalam agama. Sebanyak 15 orang luka atas pengeboman di gereja katdral di Makasar, Sulawesi Selatan. Pengeboman ini dilakukan oleh sepasang suami istri dengan menggunakan bom bunuh diri. Pengeboman ini dimaksudkan upaya mengadudomba masyarakat. Sehingga timbul fitnah perpcahan antar agama atas dasar tujuan dari pengobaman di gereja.

Munculnya pengeboman bunuh diri akibat dari pemikiran yang salah. Sehingga timbul pergulatan di dunia dan kehidupan. Hal ini terjadi dikarenakan kurang rasa toleransi di individu. Sehingga ada usaha dalam mengadudomba, sehingga muncul fitnah terkait antar agama.

Dalam islam sendiri rasa toleransi sudah diajarkan. Dalam surat al kafirun ayat 1-7 memiliki arti sebagai berikut:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)

 

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al Kaafirun: 1-6)

 

Dilansir dari Tafsir dari surah al kafirun ayat 1-7 pada artikel merupakan berlepas diri dari sesembahan orang-orang musyrik dari segala bentuk sesembahan yang dilakukan. Faedah dari surah al kafirun ini adalah sebagai berikut:

·         Dalam ayat ini dijelaskan adanya penetapan aqidah meyakini takdir Allah, yaitu orang kafir ada yang terus menerus dalam kekafirannya, begitu pula dengan orang beriman.

·         Kewajiban berlepas diri (baro’) secara lahir dan batin dari orang kafir dan sesembahan mereka.

·         Adanya tingkatan yang berbeda antara orang yang beriman dan orang kafir atau musyrik.

·         Ibadah yang bercampur kesyirikan (tidak ikhlas), tidak dinamakan ibadah.

    Berlepas diri dari sesembahan dan ritual agama lain merupakan bentuk toleransi yang sudah diajarkan dalam al quran melalui surat al kafirun. Dimana kita sebagai umat muslim tidak mengikut campur dari sesembahan dan ritual agama lain. Kita fokus terhadap agama dan ritual ibadah sendiri. Dengan rasa tidak mencapur adukkan masalah agama dan ritual agama lain, maka tidak akan timbul rasa perpecahan diantara kita. Wallahu a’lam bisawab.

MENERAPKAN FILSAFAT

    Setelah tahu proses dari membangun filsafat yang dijelaskan sebelumnya, perlu dilakukan penerapan filsafat. Dalam menerapkan filsafat disini lebih ke menerapkan filsafat pada pradigma pendidikan matematika. Menerapkan filsafat pada pendidikan matematika dimulai dari mengetahui   sejarah atau perkembangan matematika,  ideologi pendidikan terutama pendidikan matematika, hingga mengetahui pradigma, model, strategi, pendekatan dalam pendidikan dan pembelajaran matematika.

          𑇐 Sejarah/ Perkembangan Matematika

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mengembangkan teknologi dan pengetahuan lainnya. Pada matematika mengembangkan kemampuan berpikir individu.  Menurut Lispika (2022) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam duni pendidikan dan matmatika merupakan fondasi bagi bidang studi ilmu lain. Sehingga penting individu untuk paham matematika. Matematika memiliki kebermanfaatan yang besar baik untuk mengembangkan pengetahuan atau pun kehidupan sehari-hari.

Matematika memiliki sejarah yang panjang dalam perkembangannya. Perkembangan matematika dapat dilihat sebagai berikut:

1.      Perkembangan Matematika Yunani Kuno

Matematika pada era Yunani Kuno merujuk pada matematika sekitar tahun 300-600 SM. Pada pendidikan di Yunani Kuno bervariasi setiap kepemimpinan. Pada era Sparta lebih menekankan kepada moralitas, sedangkan pada era Athena menekankan kepada penyempurnaan fisik dan mental. Sehingga matematika diajarkan dengan cara yang berbeda-beda. Orang yunani kuno menciptakan matematika yang mendalam, abstrak dan dikembangkan. Pada abad keenam SM, orang yunani kuno menggunakan alfabet mereka sendiri dalam penulisan nya. Matematika pada era Yunani kuno hanya dapat dipelajari oleh orang-orang yang memiliki uang, waku, dan keinginan untuk mempelajari ilmu angka. Dilansir pada era Yunani Kuno terdapat beberapa tokoh yang terkenal dalam megembangkan geometri dan gagasan bukti formal dalam matematika yaitu Thales  (geometri), Phytagoras ( teorema phytagoras), Aristoteles, dan Plato.

2.      Perkembangan Matematika  Romawi Kuno

Matematik pada era Romawi Kuno hanya diberikan kepada anak laki-laki saja. Anak laki  mendapat matematika formal pada umur 12 tahun dengan mempelajari aritmatika daar dan sempoa. Para murid mampu mengaplikasikan matematika  kemudian mengikuti kelas master matematika. Tidak banyak tersisa bukti pengajaran matematika pada era Romawi Kuno, namuntedapat beberapa buti yang dapat ditunjukkanbhawasnaya adanya perkembangan matematika di era Romawi Kuno yaiitu Vetruvius yang mempelajari optik, astronomi, geometri dan aritmatika. Kemudian Galen yang merekomdenasikan fisikawan untuk mempeljari kedoketeran, retrorika, musik, dialektika geometri dan aritmatika. Varro dan Seneca mendudkung pembelajaran geometri dan aritmatika untuk memperdalam kemampuajn berpikir logis

3.      Perkembangan Matematika Abad Pertengahan

Perkembangan matematika pada abad pertengahan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pada masa kejayaan islam dan era Renaisans. Pada masa kejayaan islam perkembangan matematika sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada kejayaan islam terus mengalami kemajuan dimulai pada massa Abbasiyah yang dimulai sekitar tahun 750-1258 M di Baghdad. Matematika pada massa kejayaan islam didapati dari pekembangan teori-teori dari ilmuan Yunani dan Babilonia. Beberapa tokoh yang lahir pada massa kejayaan islam yaitu Al Khawarizmi yang merupakan bapak aljabar yang menemukan angka 0-9, serta mendifinisikan konsep aljabar. Al –khawarizmi juga menemukan persamaan kuadrat serta dasar-dasar dari geometris. Tsabit Ibn Qurra lahir pada massa kejayaan islam juga merupakan tokoh yang terkenal dalam perkembangan matematika. Tsabit mengeneralisasikan teorema phytagoras yang dapat digunakan pada semua bentuk segitiga. Omar khayyam juga merupakan tokoh pada era kejayaan islam, dimana Omar mengembangkan persamaan pada Al Khawarizmi menjadi persamana dengan derajat tiga. Abu’l Wafa juga merupakan tokoh pada massa kejayaan islam yag menyempurnakan teorema-teorema dalam trigonometri Menealaus. Dimana Abu’l menyempurnakan aturan empat besar trigonometri yang dikemukakan oleh Menealaus. Abu’l Wafa juga menerapkan dalis sinus pada sudut miring segitiga sferis sehingga tecipta rumus-rumus persamaan pada operasi sudut trigonometri.

Matematika pada Era Renaissance merupakan matematika yang berkembang di Eropa Barat. Eropa Barat pada abad ke 5 hingga 11 mengalami masa suram, sehingga juga mengakibatkan surutnya perkembangan matematika.Tokoh terkenal pada era ini ialah Fibonacci, di mana mengembangkan deret bilangan yang dikenal dengan deret Fibonacci

𑇐 Ideologi Pendidikan (P Ernest)

Filsafat matematika betujuan untuk memberikan dasar pengetahuan (Ernest, 2004). Filsafat matematika berperan memfasilitasi pengetahuan matematis yang sistematis dan yang secara absolut dapat melindungi landasan tersebut dari berbagai macam kontradiksi dan paradok dalam kaitannya dengan kebenaran matematis (Sukardjono, 2000 dalam Novita Sari & Armanto, 2021). Tinjauan dari filsafat pendidikan matemaitka ialah ideologi, landasan, tujuan serta nilai-nilai hakikat yang terkandung didalamnya (Marsigit, 2010). Sehingga dapat diketahui bahwasanya filsafat dalam pendidikan matemtika merupakan pemikiran yang absolut terkait ideologi, tujuan serta landasan dalam mempelajari serta megajarkan pengetahuan matemtika.

Ernest (2004) dalam buku yang berjudul “Philoshopy of Mathematics Education” , menjelaskan filsafat dan ideologi dalam pendidikan matematika terdiri dari lima masa transisi yang dijelaskan sebagai berikut:

1.      Industrial Trainer

Menurut kelompok industrial trainer memandang pengetahuan, termasuk didalamnya matematika, dinilai berdasarkan ketetapan otoritas. Sehingga penilaian benar salah dan nilai-nilai terkandung dikaitkan dengan kepentingan suatu kelompok. Penilaian otoritas terhadap pengetahuan ini bersifat ulitarian. Ultitarian sendiri memiliki arti penilaian benar dan salahnya jika pengetahuan tersebut bertujuan meningkatkan kebahagiaan (Mili,2020). Kelompok industrial trainer memiliki prinsip utama di dalam menilai moral, di mana prinsip utamanya mengacu kepada kebebasan, individualisme, ketidak setaraan dan persaingan.

Masyarakat pada kelompok industrial trainer dikelompok ke dalam kelas-kelas sosial yang dibedakan bersadarkan kebijakan dan kemampuan yang ditetapkan. Setiap orang yang diluar dari kelompok jika ingin memasuki kelompok industrial trainer harus menerima semua budaya dan nilai-nilai yang ada. Setiap perbedaan yang masuk akan dimusnahkan agar budaya yang ada tidak tercampur. Sehingga jelas pada kelompok industrial trainer bersifat monokulturalis.  Anak-anak dipersiapkan untuk mengetahui keterampilan dasar dan berhitung untuk memenuhi kebutuhan industri.

Matematika pada masa ini dibatasi dari hubungan pengetahuan lain dan dijaga dari noda hubungan lintas kurikuler dan nilai-nilai sosial. Matematika tidak dicampur dengan isu kehidupan sosial, seperti multikuralisme, ernisitas, anti rasime dan semacamnya. Pembelajaran matematika  ditunjukan untuk memperoleh kemampuan berhitung da kepatuhan fungsional. Anak-anak dipersiapkan untuk kerja keras. Pada masa ini pembelajaran matematika hanya bersumber dari kualitas guru. Penggunaan alat peraga yang membantu dalam pembelajaran dikatakan tidak berguna. Pembelajaran matematika bersifat otoriter. Penilaian pembelajaran matematika diperlukan untuk mengetahui kewajiban moral tugas sekolah terpenuhi.

2.      Technological Pragmatis

Matematika dipandang sebagai sesuatu yang mutlak. Sehingga diterima dengan tanpa dipertanyakan lagi struktur dan model. Nilai-nilai matematika pada kelompok technological pragmatis terdiri dari kegunaan, kemanfaatan, pragmatisme dan kepentingan diri sendiri dan kelompok. Ilmu teknologi juga digunakan pada masa ini untuk memajukan ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan  dalam perkembangan produksi industrial. Pada masa ini masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan teknologi  akan diharhgai dengan peningkatan kekayaan, status sosial dan kekuasaan. Anak-anak dipersipkan dengan mengasah keterampilan dan pengetahuan  yang akan digunakan dalam dunia kerja.

Pendidikan matematika dipandang pada masa ini harus diajarkan sesuai dengan tingkatan untuk mempersiapkan ke tuntutan pekerjaan. Kemampuan matematika dipandang diwariskan, namun pengajaran diperlukan untuk mengasag potensi kemampuan yang dimiliki siswa. Sumber daya pembelajaran matematika pada masa ini merupakan pengalaman yang dimiliki siswa. Sehingga pengajaran matematika dikaitkan dengan pengajaran keterampilan dan motivasi untuk mempersiapkan diri untuk dunia kerja. Penilaian dalam pembelajaran matematika dibuat dengan memberikan sertifikasi pencapaian dan ketermapilan. Keterampilan yang ditonjolkan berupa berhitung, pemeacahan masalah, pengambilan keputusan, konukasi dan sebagainya.

3.      Old Humanist

Pandangan kelompok old humanist memandang matematika merupakan pengetahuan murni yang bermanfaat. Di mana pengetahuan matematika merupakan pengetahuan yang berhaga secara instrisik dalam elemen budaya. Tujuan dari pembelajaran matematika ialah untuk mengkomunikasikan matematika itu sendiri. Ideologi dari kelompok ini adalah absolutivisme relativisik terpisah. Dimana presepektif absolutivisme relativisik terpisah ini berfokus kepada aturan dan prinsip dan objektifikasi dari bidang pengetahuan. Penalaran moral pada ideologi ini didasarkan kepada kebenaran, keadilan dan keadilan buta yang tidak memihak kepada perasalahan dan kepentingan individu.

Pada ideologi kelompok old humanist memandang pengetahuan merupakan objek yang tidak bergantung pada nilai-nilai serta kepudilian sosial. Pada pengetahuan matematika dipandnag sebagai objek murni yang berdasarkan logika bukan otoritas suatu kelompok. Matematika merupakan pengetahuan yang tersusun secara logis, tanpa dicampurkan dengan suatu kepentingan kelompok. Masyarakat dipandnag sebagai sarana dalam melestarikan dan menciptkan budaya, serta anak-anak akan dibentuk karakternya melalui pendidikan paparan budaya tradisional. Pengalaman akan menanamkan nilai dan moral di diri anak.

Matematika pada pandangan kelompok old humanist mengangungkan kemurnian dari matematika, bukan dari penerapan matematika itu sendiri. Pembelajaran matematika berkaitan anatara penerimaan dan pemahaman pengetahuan matematika yang terstruktur secara logis. Sehingga keragaman sosial dalam matematika tidak memiliki ruang didalamnya. Peran guru dalam kelompok ini sebagai pengajar yang mengkounikasikan matematika secara bermakana. Guru dituntut mengajarkan matematika secara menarik dan inspiratif. Bahan ajar dalam kelompok old humanist berupa buku dan sumber daya lainnya yang sesyai dengan kemurnian matematika di sekolah. Penilaian matematika berdasarkan kemampuan matematika itu sendiri yang diajarkan.

4.      Progressive Educator

Pada filsafat dan ideologi kaum progressive educator memiliki nilai-nilai ideologi berupa absolutivisme relativisme yang terhubung. Di mana ideologi ini memiliki nilai-nilai yang berkaitan dengan hubungan manusia berupa empati, kepedulian, dan dimensi kemanusiaan lainnya. Nilai-nilai absolutivisme relativisme yang tehubung memiliki bagian-bagian yang terkait berupa menunjukkan ekspresi, kreativitas, perasaan dan sebagaiannya. Hal ini menunjukkan adanya nilai-nilai yang terhubung antar manusia. Pada kelompok progressive educator memiliki pandangan terhadap pengetahuan merupakan sesuatu yang bawaan. Dimaksudkan bahwasanya pendidikan atau pengetahuan merupakan sesuatu yang diciptakan individu dan dimanfaatkan untuk tujuan individu itu sendiri. Sehingga pengetahuan merupakan bagian dari proses dan perkembangan individu kelompok itu sendiri.

Matematika sendiri meliliki filsafatnya yaitu bersifat absolut. Dan padanagan ideologi kelompok progressuce educator memiliki nilai-nilai yang berhubungan dengan antarmanusia berupa perasaan, ekrpresi, sosial dan sebagainya. Sehingga atas dasar nilai-nilai yang terhubung itu matematika direpresentasikan sebagai pengetahuan yang humanistik dan personal. Di mana matematika menjadi sebuah bahasa, pengembangan sisis kkreatifitas dan kemanusiaan.  Dalam pandangan ini anak-anak mempunyai hak penuh sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan itu berupa pengasuhan, perlindungan dan pengasahan keterampilan. Sehingga anak dapat berkembang secara maksimal.

Masyarakat dari pandangan kelompok progressive educator sebagai lingkungan yang mendukung untuk memenuhi kebutuhan anak. Sehingga diperlukan respon kepedulian dari individu kelompok. Tujuan pendidikan dalam kelompok ini mendorong pertumbuhan individu melalui kreatfitas, ekpresi diri, pengalaman dan sebagainya. Pendidikan harus berupa pembelajaran yang bermakna. Dimana guru sebagai fasilitator dari penyedian pembelajaran yang membimbing individu untuk mencapai pengalaman individu sendiri.

Padangan kelompok progressive educator terhadap pendidkan matematika merupakan sarana dalam mengembangan individu seutuhnya. Sehingga ditekankan sebagaimana matematika merupkan bahasa serta mengembangkan sisi kreatifitas dan kemanusiaan dari dalam individu melalui pengalaman matematika. Pembelajaran yang diusulkan dalam progessive educator  berupa penyelidikan, penemuan, bermain, diskusi dan kerjaa kooperatif. Yang mana pembelajaran itu akan memberikan pengalaman yang bermakna terhadap individu yang akan mengembangkan jiwa sosial didalam pribadinya. Sehingga dalam pandangan kelompok progressive educator memerlukan sumber daya yang mengembangkan serta lingkungan yang mendukung perkembangan idnividu. Peniliaian dalam kelompok progressive educator berdasarkan kriteria prestasi positif, yang menghindari pelabelan terhadap anak.

5.      Public Educator

Pada pandangan kelompok public educator, memandang filsafat matematika dalam ideologinya merupakan konstruktivisme sosial. Dimaksudakan bahwasanya nilai-nilai yang terkandung didalamnya berupa nilai-nilai terkait keadilan sosial. Matematika dipandnag sebagai pengetahuan yang terikat dengan budaya dan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai sosial yang terkandung berupa keadila, hak dan pengakuan struktur sosial.

Kelompok public educator memandang masyarakat terbagi oleh hubungan kekuasaan, budaya dan keesenjangan sosial. Dikatakan masyarakat tidak memiliki pengetahuan untuk menegaskan hak mereka. Sehingga dibutuhkan pendidikan untuk menegakkan hak-hak yang harus dipenuhi. Pendidikan sendiri bertujuan untuk memberdaya dan membebaskan individu untuk menentukan nasib kehidupannya sendiri.

 Pada pendidikan matematika pandangan kelompok public educator bertujuan untuk mengembangan kewarganegaraan melalui pemikiran kritis dalam matematika. Sehingga dengan mempelajari matematika, individu mampu berpikir untuk menyelesaikan persoalan sosial mereka. Pengetahuan matematika harus mencerminkan konstruksi sosial yang menghubungkan penerpannya dikehidupan sehari-hari. Pandangan public educator pada pembelajaran matemtika memerlukan keterlibatan aktif dari individu. Keterlibatan aktif berupa mendiskusikan matematika terhadap kehidupan sehari-hari. Guru dari pandangan kelompok ini fasilitator dan pengarah dalam menyediakan ruang diskusi. Sehngga terwujudnya kemmapuan matemtaika agar berdampak pada konteks siosial masyarakat.

𑇐 Paradigma/Teori/ Model/Pendekatan/Metode/Strategi/Praksis

Dalam pembelajaran tentunya terdapat hal-hal yang menunjang suatu pembelajaran. Dalam pembelajaran dibutuhkannya paradigma, teori, model, pendekatan, strategi dan praktis untuk menyukseskan suatu pembelajaran di kelas. Untuk diketahui berikut beberapa kajian terkait paradigma, teori, model, pendekatan, metode, strategis, dan praktis yang dapat dilihat pada tabel berikut.

PARADIGMA/TEORI/METODE/PENDEKATAN/MODEL/STRATEGI

 

SINTAK

PENILAIAN

Behaviorisme

Langkah pembelajaran behaviorisme menurut Mukiman (1997):

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

2. Melakukan analisis pembelajaran

3. Mengidentifikasi Karakteristik dan kemampuan awal pembelajaran

4. Menemukan indikator-indikator keberhasilan belajar

5. Mengembangkan bahan ajar

6. Mengembangkan strategi pembelajaran

7. Mengamati stimulus yang diberikan

8. Mengamati dan menganalisis respons pembelajaran

9. Memberikan penguatan positif dan negatif

10. Merevisi kegiatan pembelajaran

 

Penilian sikap

Penilaian langsung

Langkah-langkah pembelajarn Behaviorisme menurut Suyono (2012):

1. Menentukan tujuan pembelajaran berdasarkan kurikulum, hal ini dimulai dari menentukan standar kopetensi dan kopetensi dasar,  indikator, dan tujuan pembelajaran  yang harus dikuasi oleh siswa.

2. Menganalisis atau melakukan identifikasi perilaku awal siswa, terkait dengan materi sebelumnya.

3. Menentukan materi pembelajaran berdasarka kurikulum.

4. Merinci materi menjadi pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

5. Menyajikan pembelajaran yang berisikan kegiatan pembuka, inti dan penutup.

6. Memberikan stimulus dalam pembelajaran atau rangsangan baik berupa pertanyaan, kuis latihan atau tugas-tugas.

7. Mengamati dan mengkaji serta menilai respon yang diberikan oleh siswa.

8. Memberikan penguatan ataupun hukuman atau negative reinforcement.

9. Memberikan stimulus baru berdasarkan penilaian terhadap  respon sebelumnya.

10. Mengamati, mengkaji, dan menilai respon baru yang diberikan oleh siswa

11. Memberikan penilaian akhir


Langkah-langkah pembelajaran behaviorisme menurut Siciati dan Prasetya Irawan (2001):

1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran

2.  Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal(entry behavior) siswa

3. Menentukan materi pelajaran

4. Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil

5. Menyajikan materi pelajaran

6. Memberikan stimulus berupa pertanyaan baik lisan maupun tulisan

7. Mengamati dan mengkasi respon yang diberikan siswa

8. Memberikan penguatan/reinforcement ataupun hukuman

9. Memberikan stimulus baru

10. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa

11. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman

12. Evaluasi hasil belajar


Humanisme

Langkah-langkah pembelajaran teori humanistik menurut Sucianti dan Prasetyo Irawan( dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2012):

1. Menentukan tujuan pembelajaran secara jelas dan kemana arah nantinya

2. Mengindentifikasi kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap siswa

3. Mengidentifikasi topik-topik mata pelajaran

4. Merancang dan menyediakan media dan fasilitas pembelajaran

5. Membimbing para siswa agar mereka belajar secara aktif

6. Membimbing siswa agar memahami makna dari pengalaman belajarnya

7. Membimbing siswa agar membuat konseptualisasi dari hasil pengalamannya belajar

8. Membimbing siswa agar menerapkan konsepnya tadi pada dunia nyata

9. Membimbing siswa agar mengevaluasi proses dan hasil belajarnya sendiri.

 

Penilaian langsung

Penilaian sikap

Langkah-langkah pembelajaran teori humanistik menurut Arthur Combs(dalam Hanifah, 2021):

1. Memberikan sugesti-sugesti positif terhadap siswa.

2. Memberikan pemaparan tentang manfaat dari mempelajari materi pelajaran yang akan disampaikan nanti.

3. Memunculkan rasa ingin tahu siswa dengan berbagai kegiatan terutama mengaitkannya dengan kehidupan keseharian siswa.

4. Menciptakan lingkungan fisik pembelajaran yang positif dan menyenangkan mencakup tata ruang dan kondisi lainnya.


Langkah-langkah pembelajaran teori humanistik menurut Abraham H. Maslow (dalam Hanifah, 2021):

1. Menuntut guru untuk senantiasa hadi memperhatikan pemenuhan hierarki kebutuhankebutuhan tersebut,terutama pada individu siswa.

2. Guru harus memiliki ikatan batin dengan siswa saat melakukan proses pembelajaran.

3. Guru memberikan perhatian kepada siswa tentang minat dan motivasi yang dimiliki oleh siswa tersebut.

4. Memberikan bimbingan kepada siswa mengenai kondisi aktifitas sehari - hari siswa.


Kognitivisme

Langkah-langkah pembelajaran dengan teori kognitivisme menurut Piaget (dalam Budiningsih, 2012):

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Memilih materi pelajaran.

3. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif.

4. Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut, misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, stimulasi, dan sebagainya.

5. Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir siswa.

6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.


Penilaian sikap dan penilaian langsung

Langkah-langkah pembelajaran dengan teori kognitivisme menurut Ausubel (dalam Budiningsih, 2012):

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya).

3. Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.

4. Menentukan topik-topik  dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa.

5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut , dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.

6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa


Langkah-langkah pembelajaran dengan teori kognitivisme menurut Bruner (dalam Budiningsih, 2012):

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristtik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).

3. Memilih materi pelajaran.

4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasi).

5. Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

6. Mengatur topik-topik pelajaran dari sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik.

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

 

Konstruktivisme

Langkah-langkah pembelajaran teori konstruktivisme menurut Riyanto(2014):

1. Apresepsi

2. Eksplorasi

3. Refleksi

4. Aplikasi


Penilaian lebih menekankan kepada kinerja dan pemahaman siswa

Langkah-langkah pembelajaran teori konstruktivisme menurut Suprijono (2015):

1. Orientasi

2. Elistasi

3. Rekonstruksi ide

4. Aplikasi ide

5. Review


Meaningful Learning

Langkah pembelajaran Meaningful Learning menurut Ausubel (dalam Rahman):

1. Pilih suatu bacaan dari buku pelajaran.

2. Tentukan konsep-konsep yang relevan.

3. Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.

4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak inklusif di bawah.

5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung sehingga menjadi sebuah peta konsep.


 

Langkah pembelajaran Meaningful Learning menurut Hafidzoh, dkk (2023):

1. Menentukan tujuan pembelajaran

2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dll).

3. Menentukan materi pelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk bentuk konsep-konsep inti.

4. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari peserta didik.

5. Mempelajari konsep-konsep inti dan menenrapkannya dalam bentuk konkret.

6. Melakukan penilaian proses proses dan hasil belajar peserta didik.

 

PjBL

Langkah pembelajaran PjBl menurut The George Lucas Educational Foundation (2005):

1. Memulai pembelajaran dengan pertanyaan penting

2. Merancang rencana pembuatan proyek

3. Menyusun jadwal aktivitas

4. Mengawasi jalannya pembuatan proyek

5.  Penilaian terhadap produk yang dihasilkan

6. Evaluasi


Proyek dan Asesmen

Yang harus diperhatikan dalam penilaian proyek yaitu pengelolaa, relevansi, keaslian dan inovasi serta kreativitas.

Langkah pembelajaran PjBl menurut Shin Myeong Hee dan Choi Do Soon (2019):

1. Penentuan proyek dan merencanakan proyek

2. Membuat proyek

3. Membuat laporan mengenai produk yang telah dibuat


Langkah pembelajaran PjBl menurut Fauzia dan Kelana (2020):

1. Penentuan pertanyaan mendasar

2. Menyusun desain proyek

3. Menyusun jadwal

4. Memantau perkembangan peserta didik

5. Menguji hasil

6. Evaluasi


PBL

Langkah pembelajaran PBl menurut Arends (2008:55):

1. Mengorientasi siswa pada masalah

2. Mengorganisasi siswa untuk meneliti

3. Membantu investigasi mandiri dan berkelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


Asesmen tes

Authentic assement

Langkah pembelajaran PBl menurut John Dwey (dalam Syamsidah,2018; 18):

1. Merumuskan masalah

2. Menganalisis masalah

3. Merumuskan hipotesis

4. Mengumpulkan data

5. Pengujian hipotesis

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah

 

Langkah pembelajaran PBl menurut David Johnson dan Johnson (dalam Trianto, 2010):

1. Mendefinisikan masalah

2. Mendiagnosis masalah

3. Merumuskan alternatif strategi

4. Menentukan dan menerapkan strategi

5. Melakukan evaluasi

 

Realistik Mathemathic Education (RME)/ Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Langkah pembelajaran RME menurut Shoimin(2014:150):

1. Memahami masalah kontekstual

2. Menyelesaikan masalah kontekstual

3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

4. Menarik kesimpulan


Penilaian berbentuk asesmen yang memperhatikan karakteristik dari RME

Langkah pembelajaran RME menurut Wahyudi(2013:22-23)

1. Memahami masalah/konteks

2. Menjelaskan masalah kontekstual

3. Menyelesaikan masalah kontekstual

4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban

5. Menyimpulkan

 

Saintifik

Langkah-langkah pembelajaran saintifik menurut Permendikbud No.65 Tahun 2013:

1. Mengamati

2. Menanya

3. Mencoba

4. Mengasosiasi

5. Mengomunikasikan

6. Mencipta


Penilaian langsung

Discovery Learning

Langkah-langkah pembelajaran Discovery learning:

1. Stimulus/pemberian rangsangan

2. Problem statemen/identifikasi masalah

3.  Pengumpulan data/Data collecting

4. Pembuktian/Verification

5. Generalisasi/ menarik kesimpulan

Penilaian sikap, Penilaian Keterampilan, dan Penilaian Pengetahuan

Activity Theory

Langkah pembelajaran Active Learning menurut Ali muhtadi:

1. Orientasi awal

2.Pembentukan/penugasan tim

3. Eksplorasi

4. Belajar menjadi tim ahli

5. Reorientasi

6. Presentasi tim

7. Pengecekan pemahaman

8. Refleksi dam penyimpulan

9. Evaluasi formatif


 Penilaian tunggal (single judgement)

Kooperatif Jigsaw

Langkah pembelajaran dengan pendekatan Kooperatif Jigsaw menurut Rusman (2012, 218):

1. Siswa dikelompkkan dengan anggota kurang lebih 4-5 orang

2. Tiap orang didalam tim diberikan tugas atau materi yang berbeda

3. Anggota dalam tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)

4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang sub bab yang dikuasai

5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

6. Pembahasan

7. Penutup

Asesmen tes

Penilaian langsung

Penilaian pendekataan kooperatif memperhtikan lima prinsip yaitu:

1. Kontinuitas

2.Komprehensif

3. Kooperatif

4. Objektif

5. Praktis

 

Komponen pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Pencapaian kesuksesan individual

2. Pencapaian kesuksesan kelompok

3. Penguasaan keterampilan-keterampilan kooperatif


Kooperatif STAD

Langakah-langkah pembelajaran Kooperative tipe STAD menurut Wulandari (2022):

1. Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain)

2. Guru menyajikan pelajaran.

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota- anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh peserta didik

5. Memberi evaluasi

6. Kesimpulan

 

Asesmen tes

Penilaian langsung

Penilaian pendekataan kooperatif memperhtikan lima prinsip yaitu:

1. Kontinuitas

2.Komprehensif

3. Kooperatif

4. Objektif

5. Praktis

 

Komponen pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Pencapaian kesuksesan individual

2. Pencapaian kesuksesan kelompok

3. Penguasaan keterampilan-keterampilan kooperatif

Langakah-langkah pembelajaran Kooperative tipe STAD menurut Trianto (dalam Wulandari , 2022):

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

2. Menyajikan dan menyampaikan informasi

3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

5. Evaluasi


CTL (Contextual Teaching and Learning)

Langkah-langkah pembelajaran CTL menurut  Truyanto (2021):

1. Modeling

2. Inquiry

3. Questioning

4. Learning community

5. Costructivisme

6. Reflection

7. Authentic assessment


Authentic Assesment

Kooperative TGT (Teams Games Tournament)

Langkah-langkah pembelajaran TGT menurut Slavin (2010):

1. Penyajian kelas (class presentation)

2. Belajar dalam kelompok (teams)

3. Permainan (games)

4. Pertandingan (tournament)

5. Penghargaan kelompok (team recognition)

Asesmen tes

Penilaian langsung

Penilaian pendekataan kooperatif memperhtikan lima prinsip yaitu:

1. Kontinuitas

2.Komprehensif

3. Kooperatif

4. Objektif

5. Praktis

 

Komponen pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Pencapaian kesuksesan individual

2. Pencapaian kesuksesan kelompok

3. Penguasaan keterampilan-keterampilan kooperatif



PENDIDIKAN/ PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF

 

Setelah diketahui pada bagian sebelumnya bagimana membangun dan menerapkan filsafat, selanjutnya pada bagian ini merupakan salah satu upaya dalam membangun dan menerapkan filsafat pada bidang pendidikan yaitu pembelajaran konstruktif. Sehingga diketahui bahwasanya dalam pembelajaran dan pendidikan matematika lebih baik diterpkan pembelajaran konstruktif. Di mana pembelajaran konstruktif ini merupakan pendekatan yang berorientasi kepada siswa. Pembelajaran konstrutif ini diawali dengan mengetahui bagaimana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Selanjutnya akan dibagun dari kemampuan awal yang dimiliki siswa sehingga mencapai tujuan yang akan digapai. Pembelajaran konstruktif megutamakan rasa ingin tahu siswa. Akan dibahas bagaimana pemmbelajaran konstruktif pada bab ini mulai dari penegenalan pembelajaran konstrutif hingga contoh penerapan pembelajaran konstruktif.

      𑇐 Pengertian Pembelajaran Konstruktif

Konstruktivisme adalah pendekatan pada pengajaran dan pembelajaran berdasarkan pada premis bahwa kognisi pembelajaran adalah hasil dari “konstruksi mental” (Sugrah, 2019). Konstruf bersifat membina, memperbaiki dan membangun (Masgumelar dan Mustafa, 2021). Sehingga siswa pada pembelajaran konstrutivisme dituntut aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran konstrutivisme merupakan pembelajaran yang dimulai dari apa yang diketahui siswa dan dikaitkan dengan pembelajaran yang baru. Guru memancing siswa untuk membangun pertanyaan sehingga siswa termotivasi untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Pembelajaran konstrutivisme melahirkan model-model pembelajaran pada penerapannya. Latifah (2016) terdapat tujuh model pembelajaran yang dibagun dari pembelajaran konstrutivisme adalah sebagai berikut:

1.      Discovery learning, siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri

2.      Reception learning, siswa tidak selalu mengetahui apa yang penting atau relevan, dan beberapa siswa membutuhkan motivasi eksternal untuk mempelajri apa yang diajarkan di sekolah

3.      Asstided learning, perkembangan kognitif terjadi emlalui interaksi atau percakapanseorang anak dengan lingkungan sekitar

4.      Active learning, belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa

5.      The accelerated learning, bahwa pemelajaran itu berlangsung cepat, menyenangkan dan memuaskan.

6.      Quantum learning, mengasumsikan bahwa kemampuan siswa menggunakan nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya

7.      Contextual teaching and learning, konsep belajar yang membantu guru megaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.

Ciri pada pembelajaran konstrutivisme ayng dikemukakan oleh Driver dan Oldhan (1994) sebagai berikut:

1.      Orientasi, yaitu peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik dengan memberikan kesempatan melakukan observasi

2.      Elitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster dan lain-lain

3.      Restrukaturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru, mengevaluasi ide baru.

4.      Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bemacam-macam situasi

5.      Review, yaitu dalam mengaplikasikan  pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.

𑇐Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktif

           Pembelajaran konstrutif memiliki langkah-langkah dala penerapannya didalam kelas. Menurut Sarnoto (2015) terdapat tujuh langkah pada penerapan pembelajaran konstruktivif dikelas yaitu sebagai berikut:

1.      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

2.      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik

3.      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4.      Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

5.      Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6.      Lakukan refleksi diakhir pertemuan

7.      Lakukan penilaian yang sebenranya dengan berbagai cara

 

       𑇐 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konstruktif

        Pembelajaran konstrutif  memiliki kelebihan dan kekurangan pada penerapannya. Khafifah (2021) mengungkapkan kelebihan dan kekurangan dari konstrutif sebagai berikut.

Kelebihan pembelajaran konstruktif:

1.      Guru bukan satu-satunya sumber belajar

2.      Siswa dalam pembelajaran lebih aktif dan kreatif

3.      Pembelajaran lebih bermakna

4.      Pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar

Kekurangan pembelajaran knstruktif:

1.      Proses belajar merupakan perolehan informasi satu arah dari luar ke dalam diri siswa

2.      Dibutuhkan banyak peran siswa didalam penerapannya

3.      Dibutuhkan banyak peran guru agar mampu mengkonstruksi pengetahuan siswa

4.      Peran utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

5.      Lingkungan belajar sangan mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan serta aktifitas-aktifitas lainnya.

𑇐 Pembelajaran Konstruktif pada Pendidikan Matematika

Pembelajaran matematika dapat menerapkan pembelajaran konstruktif dengan model-model yang lahir pada pembelajaran konstruktivisme. Salah satu contoh pembelajaran menggunakan model discovery learning pada materi barisan aritmatika pada modula ajar yang disusun Ni Putu Sarnika Dewi, S.Pd. pada satuan pendidikan SMAS Candimas Pancasari. Siswa diminta guru untuk mengamati contoh persoalan yang diberikan. Siswa mengamati contoh yang diberikan yang kemudian siswa mncermati informasi dan mencoba menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Guru memberikan tugas ke siswa, sehingga mampu menggali kemampuan yang dimiliki siswa yang selajutnya akan dikonstruksi terkait pemahaman siswa. Dapat dilihat contoh pembelajaran konstruktif dengan pendekatan discovery learning pada lampiran berikut.

MODUL AJAR

INFORMASI UMUM

A.    IDENTITAS PENULIS

Penyusun                     : Ni Putu Sarnikadewi, S.Pd.

Satuan Pendidikan      : SMAS Candimas Pancasari

Jenjang                        : SMA

Kelas                           : X

Mata Pelajaran            : Matematika

Tahun Pelajaran           : 2022/2023

Fase                             : E

Alokasi Waktu            : 2 JP (1 peretmuan)

B.     KOMPETENSI AWAL

Peserta didik dapat melakukan operasi aritmetika pada ragam bilangan tersebut dengan beberapa cara dan menggunakannya dalam menyelesaikan masalah.

C.    PROFIL PELAJAR PANCASILA

a.    Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (berdoa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai)

b.    Kreatif (peserta didik mampu mencari materi terkait barisan aritmatika)

c.     Bergotong-royong (peserta didik berdiskusi dengan teman sejawat untuk menyelesaikan masalah terkait barisan aritmatika)

d.     Kritis (peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari)

D.    SARANA DAN PRASARANA

Sarana : komputer/latop, internet, masker, hand Sanitizer, smartphone.

Prasarana : Buku paket penunjang yang relevan dengan pembelajaran

E.     TARGET PESERTA DIDIK

Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami materi ajar.

 

F.     MODEL PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN

Pembelajaran Tatap Muka dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

KOMPETENSI INTI

A.    TUJUAN PEMBELAJARAN

·         Peserta didik mendeskripsikan mengenai barisan aritmetika.

·         Peserta didik menentukan suku ke-n dan beda dari barisan aritmetika.

·         Peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari terkait dengan konsep barisan aritmetika.

B.     PEMAHAMAN BERMAKNA

·         Peserta didik berkolaborasi untuk memecahkan masalah dan mencapai suatu tujuan.

·         Peserta didik mampu secara objektif memproses informasi,membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan.

·         Peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikan pembelajaran dalam kehidupan seharihari.

C.    PERTANYAAN PEMATIK

·         Apakah barisan bilangan merupakan barisan aritmetika?

·         Bagaimana menentukan suku ke-n dari suatu barisan?

·         Bagaimana menentukan rumus Un dari suatu bilangan?

D.    KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: Discovery Learning

Pendahuluan

(10 menit)

Persiapan

Appersepsi

Motivasi

      - Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam pembuka dan berdoa di Kelas.

      - Guru menanyakan kabar peserta didik terkait dengan kondisi dan kesehatan peserta didik selama belajar di sekolah dan di rumah.

      - Memberikan motivasi kepada peserta didik agar tetap semangat belajar di sekolah maupun di rumah.

      - Guru melakukan absensi peserta didik secara langsung pada peserta didik.

      -  Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu terkait dengan materi Barisan Aritmatika.

Kegiatan Inti

(70 menit)

Sintak Pembelajaran

      Stimulasi

- Guru memberikan appersepsi berupa gambar dan pertanyaan yaitu:

“Ayo bandingkan banyak kursi dan meja pada kedua gambar di atas. Pada Gambar 2.1, terdapat satu meja berbentuk segi empat yang dilengkapi empat kursi. Jika dua meja yang disatukan, maka dapat dilengkapi dengan 6 kursi (Gambar 2.2).

1.      Berapa orang yang dapat duduk di kursi dengan sejumlah meja yang disatukan? Ayo berkolaborasi dengan temanmu dalam mengisi tabel 2.1 untuk menjawab pertanyaan tersebut.

2.      Jika Terdapat 20 orang yang akan makan bersama dalam satu meja, maka berapa meja yang perlu disatukan? Bagaimana kalian mengetahuinya? Jeslaskan jawabanmu

Peserta didik mengamati contoh persoalan yang dijelaskan oleh guru kemudian mecermati informasi dan menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan Barisan Aritmatika (Critical thinking, literasi).

      Problem Statement

- Menggali kemampuan peserta didik tentang materi yang akan diajarkan dengan memberikan pertanyaan terkait bahan ajar yang telah dijelaskan. Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan terkait Barisan Aritmatika (Cirtical thinking, kolaborasi, komunikasi, literasi, HOTs)

Mengumpulkan Informasi

- Peserta didik mencari dan mengumpulkan informasi melalui buku paket, video pembelajaran, atau internet mengenai cara untuk menyelesaikan soal terkait Barisan Aritmatika (Cirtical thinking, kolaborasi, komunikasi, literasi, kreatif, HOTs)

      Pengolahan Data

- Peserta didik menjawab soal terkait Barisan Aritmatika (Critical thinking, kolaborasi, komunikasi, literasi, kreatif, HOTs)

Komunikasi

- Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaanya terkait barisan aritmatika dan menyampaikan pekerjaannya di depan kelas (Critical thinking, kolaborasi, komunikasi).

- Guru memberikan tanggapan pekerjaan yang telah ditampilkan di kelas

      Generalisasi

- Peserta didik menyimpulkan terkait Barisan Aritmatika

Penutup

(10 menit)

      - Peserta didik melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.

      - Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran peserta didik.

      - Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan atau materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

      - Melakukan doa bersama untuk menutup kegiatan pembelajaran dan memberi salam penutup.

E.     Pembelajaran Knstruktif pada Mata Kuliah Filsafat Umum oleh Prof.Dr.Marsigit,M.A.

Perkuliahan filsafat ilmu merupakan mata kuliah wajib yang dikontrak mahasiswa Pascasarjana prodi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta. Perkuliahan filsafat umum ini diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. dalam perkuliahan, Prof. Dr. Marsigit, M.A. menerapkan pembelajaran konstruktif setiap pertemuan. Prof. Dr. Marsigit, M.A memulai setiap pertemuan dengan melakukan kuis diawal perkuliahan. Mahasiswa menjawab setiap kata yang memiliki arti dalam kajian filsafat.

Setelah diadakan kuis, Prof. Dr. Marsigit, M.A membuka sesi pertanyaan dalam perkuliahannya. Mahasiswa diberikan kebebasan dalam memberikan pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwasanya perkuliahan Filsafat ilmu menerapkan pembelajaran konstruktif. Di mana pembelajaran konstruktif beorientasi terhadap rasa ingin tahu mahasiswa dan kemampuan pengethauan yang dimiliki mahasiswa. Setiap pertemuan perkuliahan materi yang dismapaikan Prof. Dr.Marsigit, M.A. berdasarkan ajuan pertanyaan yang diberikan mahasiswanya. Sehingga pada mata kuliah ini mahasiswa diberikan kebebasan materi apa yang akan diperlajari pada pertemuan perkuliahan saat itu.

Perkuliahan filsafat ilmu tugas-tugasnya juga diberikan kebebasan mahasiswa untuk membuat tugas dengan topik yang ditentukan. Mahasiswa dapat menuliskan apa isi pikiran yang akan dituangkan yang merupakan bentuk dari membangun dan menerapkan filsafat. Sehingga diketahui bahwasanya pada perkuliahan filsafat ilmu yang diampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. mencontohkan sendiri bagaimana membangun dan menerapkan filsafat dengan pembelajaran konstruktif.


Referensi:

Anwar-math.blogspot.com.(2016, 11 Januari). Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika. Diakses pada 14 November 2023, dari http://anwar-math.blogspot.com/2016/01/filsafat-matematika-dan-pendidikan.html

Asri Budiningsih, C. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Arends, R. I. (2008). Belajar untuk mengajar. (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto). New York: McGraw Hills. (Buku asli diterbitkan tahun 2007).

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2012), hal. 77-78

Bbc.com.(2021, 28 Maret). Bom Makassar: Dua Terduga Pengebom Suami Istri ‘Pengantin Baru’, Polisi temukan ‘Lima Bom Aktif’ di Bekasi. Diakses pada 11 November 2023, dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56553477

Bahrum. (2013). Ontologogi, Epistemologi, dan Aksiologi. Sulesna, 8(2).

Blog.kejarcita.id. (2021, 22 November). Prinsip-Prinsip Evaluasi Pembelajaran. Diakses pada 11 November 2023, dari https://blog.kejarcita.id/prinsip-prinsip-evaluasi-pembelajaran/

Fauzia, Nenden Latifah Ulfani & Jajang Bayu Kelana. (2020). Natural Science Problem Solving in Elementary School Students Using the Project Based Learning (PjBL) Model. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 4 (4): 596-603.

File1.simpkb.id. Modul Ajar. Diakses pada 27 November 2023, dari https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/616887-1673320668.pdf  

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 29-30 (https://www.asikbelajar.com/langkah-langkah-pembelajaran/ )

Dictio.id. (19 Oktober). Apa yang dimaksud dengan Teori Aktivitas atau Activity Theory. Diakses pada 11 November 2023, dari https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-aktivitas-atau-activity-theory/121212/2

Endraswara, Suwardi. 2021. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Media Persindo. https://books.google.co.id/books?id=eDu4EAAAQBAJ&lpg=PA1&dq=filsafat%20ilmu&lr&hl=id&pg=PA1#v=onepage&q=filsafat%20ilmu&f=false

Hafidzhoh, Kholifah Al Marah, dkk. (2023). Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Pada Pembelajaran Tematik. Student Scientific Creativity Journal, 1(1).

Hanifah, Aisyah Nur. (2021). Penerapan Pembelajaran IPS Bagi Siswa SMP Berbasis Pengenalan Kearifan Lokal Balimau Kasai Melalui Teknik Humanistik.Jurnal Pendidikan, 12(2).

Hardanti, Bethari Widiya.(2020). Landasan Ontologis, Aksiologis, Epitesmologis Aliran Filsafat Esensialisme dan Pandangannya Terhadap Pendidikan. Reforma: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 9(2).

Herlina, Tri dan Bella, Cithya.(2022). Pendekatan Ontologis, Epistimologis dan Aksiologis Sebagai Filsafat Ilmu dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Duniailmu, 2(1)

Hifni, Moh. (2020). Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Keilmuan. Institur Agama Islam Negeri Madura.

Kant, Immanuel. (2013). The Critique of Pure Reason. The Pennyslvania State University.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Khafifah, Khurotun Lutfi, dkk.(2022). Sejarah Perkembangan Matematika Yunani Kuno dan Tokoh-Tokohnya. Seminar Nasional Matematika, Geometri, Statistika dan Komputasi.

Khafifah, Nur Risma.(2021). Model Pembelajaran Konstruktivisme. OSF Preprints, https://osf.io/dxhe2

Klipaa.com. Ontologi Epistemologi dan Aksiologi dari Filsafat Matematika. Diakses pada 14 November 2023, dari https://klipaa.com/story/1393-ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-dari-filsafat-matematika

Latifah, Dewi.(2016). Teori Belajar dan Penerapannya dalam pembelajaran Bahasa Arab.Prosiding Konferensi Nasional Bahasa Arab II.

Lispika.(2022). Sejarah Perkembangan Matematika dan Dunia Pendidkan. Journal of Arts Education, 2(2).

Lms.syam-ok.unm.ac.id.(2020). Bahan Teori Belajar konstruktivisme. Diakses pada 14 November 2023, dari https://lms.syam-ok.unm.ac.id/mod/book/view.php?id=25297&forceview=1

Lubis, Nur A. Fadhil. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana Publishing.

Marsigit. (2019, 18 Oktober). Filsafat Bagian 1, By Marsigit, Thuersday 17 Okt 2019. Diakses pada 11 November 2023, dari https://www.youtube.com/watch?v=8t3lalvQbiQ

Masgumelar, Ndaru Kukuh dan Mustafa, Piton Setya. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran Ghaitsa: Islamic Education Journal, 2(1).

Muliadi. 2013. Filsafat Umum. Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Muflihin, Muh.Hizbul. Aplikasi dan Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran (Analisis Strategis Inovasi Pembelajaran). STAIN Purwokerto.( https://media.neliti.com/media/publications/143416-ID-aplikasi-dan-implikasi-teori-behaviorism.pdf )

Myeong-Hee, Shin & Choi Do-Soon. (2019). Project Based Learning and Learner Interaction by Web Convergency Communication Types. Journal of the Korea Convergence Society, 10 (2): 35-40.

Natasya, Azzahra, dll.(2022). Filsafat Ilmu dan Pengembangan Metode Ilmiah. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1).

Pajriani, Tira Reseki, dkk. Epistemologi Filsafat. Primer: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(3).

Penenlitiantindakankelas.blogspot.com. (2012, 28 Juli). Komponen Penilaian Kooperatif) Diakses pada 11 November 2023, dari http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/07/komponen-yang-dinilai-pada-pembelajaran.html

Raharja.ac.id. (2020, 19 November). Ilmu Pengetahuan.Diakses pada 24 November 2023, dari https://raharja.ac.id/2020/11/19/ilmu-pengetahuan/

Rahman, Luthfi.Model Pembelajaran Meaningful Learning.Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.

Riyanto, Yatim. (2014). Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Prenada Media.

Rumaysho.com (2010, 2 Juni). Faedah Tafsir Surat Al-kafirun. Diakses pada 11 November 2023, dari https://rumaysho.com/1062-faedah-tafsir-surat-al-kafirun.html

Rusman. 2012. Model-model pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

S2dikdas.fipp.uny.ac.id. (2017, 11 Januari). Praktik Pembelajaran di Kelas III dengan Menerapkan Metode Discovery Learning. Diakses pada 11 November 2023, dari  https://s2dikdas.fipp.uny.ac.id/artikel/praktik-pembelajaran-di-kelas-iii-dengan-menerapkan-metode-discovery-learning

Sadewo, Yosua Damas; Purnasari, Pebria Dheni; Muslim Suyitno.(2022). Filsafat Matematika: Kedudukan, Peran, dan Persepektif Permasalahan dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Inovasi Pembangunan,10(1).

Sarnoto, Ahmad Zain.(2015). Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme dalam pembelajaran. Profesi: Jurnal Ilmu Pendidikan dan Keguruan 4(1).

Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Smpn1cepiring.sch.id. (2023, 13 Oktober). Sejarah Matematika. Diakses pada 14 November 2023, dari https://smpn1cepiring.sch.id/index.php?id=artikel&kode=50

Soeprapto, Sri.(2013). Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia dalam Prespektif Filsafat Pendidikan. Cakrawala Pendidikan, 2.

Staffnew.uny.ac.id. Model Pembelajaran “active Learning dengan Metode Kelompok untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Diakses pada 11 November 2023, dari https://staffnew.uny.ac.id/upload/132280878/penelitian/19.+Model+Pembelajaran+Aktif-Prosiding+Seminar+Internasional-PPs+UPI+Bandung.pdf

 

Sugrah, Nurfatimah.(2019). Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam pembelajaran Sains. Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 19(2).

Suprijono, Agus. (2015). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, A. 2019. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

Suyono,dkk. (2012). Belajar dan Pembelajaran (Teori dan Konsep). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya (http://www.retciaa.com/2013/10/langkah-pembelajaran-dengan-teori.html )

Syamsidah dan Suryani, Hamidah.2018.Buku Model Problem Based Learning (PBL).Yogyakarta:Deepublish.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Triyanto.(2021).Penggunaan Model Pembelajaran CTL dalam Peningkatan Penguasaan tata Tertib Sholat Berjamaah Siswa SMPN Satap 1 Mendawai. Pincis, 1(1).

The George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional Module Project Based Learning. Diambil pada tanggal 04 Maret 2021 dari http://www.edutopia.org/modules/P BL/whatpbl.php

Wahyudi. (2013). Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (untuk Guru dan Calon Guru SD). Surakarta: UPT. Penerbitan dan Pencetakan UNS

Wulandari, Innayah.(2022). Model Pembelajaran Kooperative Tipe STAD(Student Teams Achievement Division) dalam Pembelajaran MI. Jurnal Papeda, 4(1)

Zainuddin. (2013, 13 November).  Ontologi. Diakses pada 11 November 2023, dari https://uin-malang.ac.id/r/131101/ontologi.html

Zalukhu Alianus, dkk. (2023). Kedudukan dan Peran filsafat dalam Pembelajaran Matematika. Journal on Education, 5(3).

Zamroni, Mohammad. 2022. Filsafat Komunikasi. Yogyakarta: IRCiSoD


Komentar